Tuesday, October 20, 2015

Mengenang Jayapura dan Para Pahlawan Pos Indonesia

"Berharga dimata Tuhan kematian setiap orang yang percaya kepadaNya"

Persiapan Penyambutan Jenazah Rekan-Rekan di Kantor Pos Jayapura

Kalimat ini mungkin kata-kata penghiburan yang paling tepat bagi kita yang merasa kehilangan. Ya, sebagai orang beragama kadang kita berpikir, kenapa Tuhan mengijinkan kecelakaan? Kenapa Tuhan memisahkan kita dengan orang-orang terkasih kita. Jawabannya ada pada kutipan ayat kitab suci diatas. Kita percaya adanya keabadian, tinggal di Rumah Tuhan dalam kedamaian abadi. Menyejukan hati bukan?

Hari itu minggu, 16 Agustus 2015, rekan-rekan kerja kami di Kantor Pos Jayapura ditugaskan untuk membagikan dana PSKS bagi masyarakat di Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang. Sebuah kabupaten pemekaran baru di Provinsi Papua. Jangan bayangkan semua fasilitas di Kabupaten ini sama dengan kabupaten lain di Indonesia, terutama Kabupaten-kabupaten di Pulau Jawa. Akses jalan, listrik, fasilitas publik masih sangat terbatas.

Kondisi Uang PSKS yang hancur 

Penerbangan ke Oksibil hari itu, tidak disangka merupakan penerbangan terakhir bagi rekan-rekan kami. Bapa Theo Aragae (MN Aragae), Bapa Ongen (Agustinus Luanmase), Bapa Yustinus dan Teguh Warisman Sane. Tuhan memanggil pulang mereka kedalam keabadian. Saya mengenal Pa Theo dan Pa Ongen, selama 3 tahun di Jayapura banyak kenangan yang dibuat bersama mereka dalam suka dan duka tentunya.

Hari pertama saya di Kantor Pos Jayapura, saya ditempatkan di Bagian UPL (Unit Pelayanan Luar) suatu bagian yang membawahi Kantor Pos Cabang dan Loket Ekstensi yang berada dibawah naungan KPRK (Kantor Pos Pemeriksa) Jayapura. Orang pertama yang menjadi mentor saya adalah Pa Theo, Seorang Senior yang saya percaya dengan segala kelebihan dan kekurangannya menyayangi kami para junior yang masih muda dan potensial.Yang paling saya ingat dari Pa Theo adalah beliau selalu bekerja dengan kunyahan pinang di mulut. Botol aqua kosong selalu disediakannya disamping monitor komputernya. Pa Theo juga dekat dengan semua karyawan, sebagai penyambung aspirasi bagi karyawan pada perusahaan.

Pa Ongen adalah seorang pria tegap mantan atlit voli dari Ambon yang kemudian mengajukan mutasi ke Jayapura pada saat ramai kerusuhan di Ambon. Pertama kali mengenalnya dia ditugaskan di bagian pengolahan, suatu bagian yang memproses pengiriman surat dan paket Anda, untuk kemudian dikirimkan ke tujuan. Istri pa Ongen yaitu bu Rina, juga bekerja di Pos Indonesia, dia sehari-hari berdinas di Kantor Area XI Papua di Abepura. Abepura adalah distrik atau kecamatan yang masih masuk Kota Jayapura.

Saya tidak terlalu mengenal Pa Yustinus karena pada saat saya ditempatkan di Jayapura, Pa Yustinus masih ditugaskan di Kantor Pos Timika. Sedangkan Bro Teguh Warisman Sane adalah angkatan khusus penerimaan Papua Maluku Tahun 2013, yang pada saat saya disana baru ditempatkan pada bulan Desember 2013. Teguh adalah seorang yang ramah dan murah senyum, penempatan pertamanya adalah sebagai staf SDM Kantor Pos Jayapura.

Pos Indonesia bukanlah perusahaan kemarin sore yang lahir di tahun 90-an atau bahkan 2000an. Tahun ini kami sedang merayakan HUT Pelayanan Pos yang ke 269, ya 269. Itulah yang membuat kami terlalu bangga untuk kalah dalam persaingan dengan perusahaan jasa titipan yang lain. Namun kami sadar bahwa Pos Indonesia butuh banyak perbaikan.

Kantor Pos bukan hanya melayani pengiriman surat dan paket atau menerima pembayaran tagihan listrik, air, telepon, cicilan motor dan sebagainya. Kantor Pos juga dipercaya pemerintah untuk menyalurkan dana bantuan dari pemerintah kepada masyarakat miskin. Mulai dari BLT (Bantuan Langsung Tunai), BLSM, PKH (Program Keluarga Harapan) sampai pada PSKS di era Presiden Jokowi ini.

Dalam prakteknya pembagian dana bantuan ini sangat sulit dilakukan, khususnya untuk daerah-daerah terpencil di pelosok Indonesia. Untuk Anda yang terbiasa hidup di pulau Jawa mungkin tidak pernah mengetahui sulitnya menyalurkan dana bantuan ini kepada masyarakat miskin di daerah terpencil. Letak geografis, sarana transportasi, bahkan kendala bahasa dan kebudayaan dialami oleh seluruh petugas Pos yang ditugaskan menyalurkan bantuan ini. Jaringan Pos yang luas menjadi alasan pemerintah memberikan tugas mulia ini kepada PT. Pos Indonesia dan bukan kepada perbankan.

Dari semua daerah di Indonesia maka Papua adalah medan tersulit dalam penyaluran dana bantuan pemerintah. Ada banyak faktor yang membuat Papua merupakan tantangan terbesar. Saya mengikuti pertemuan Pos Indonesia di Jakarta untuk persiapan pembayaran BLSM 2013. Semua daerah terutama di luar pulau Jawa, seperti menuntut ke istimewaan dalam pembayaran BLSM karena masing-masing mengklaim daerahnya adalah daerah yang tersulit. Tetapi ketika kami utusan dari Papua berbicara, maka semua diam dan menyadari ada yang lebih sulit dari mereka.

Letak Geografis? yah mungkin ada banyak daerah lain yang juga sulit apa lagi daerah kepulauan, tapi Papua juga sulit dengan gunung-gunung dan lembah-lembah yang penuh misteri ..., Sarana Transportasi? Pasti disemua daerah pedalaman sarana transportasinya juga sulit, tapi Papua juga sulit dengan banyaknya tempat yang hanya bisa dicapai dengan pesawat perintis dan kemudian jalan kaki di hutan. Diluar itu tantangannya adalah sarana komunikasi, jaringan internet, bahasa, masyarakat Indonesia timur dengan watak yang keras dan tentunya adalah gerakan separatis yang menyeramkan.

Pada saat pembayaran BLSM 2013 lalu dimana saya juga terlibat mulai dari pembagian Kartu KPS, Petugas pembayaran, Petugas Scan kartu pada aplikasi Pembagian Dana. Saya hanya terlibat dalam pembayaran di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keeroom. Tempat-tempat ini bisa dicapai dengan jalur darat. Sarana Transportasi, Jaringan Internet bisa diakses disini, namun kendala yang kami temui adalah banyaknya warga yang mengamuk karena namanya tidak masuk dalam daftar penerima BLSM, kejadian di Arso ketika kepala kantor kami nyaris terkena panah-panah karena masyarakat yang tidak ada pada daftar penerima tetap menuntut uang BLSM, dan ada juga rekan kami yang di tahan tidak di ijinkan pulang sebelum sisa uang yang ada dibagi rata kepada semua masyarakat yang hadir disana. Beruntung kami membawa aparat kepolisian yang berhasil mengamankan dan menyelamatkan kami.

Pengalaman pembayaran yang saya dapatkan hanyalah untuk kota dan kabupaten yang dapat tercapai oleh mobil. Bisa dibayangkan tingkat kesulitan yang di dapat teman-teman saya yang lain yang harus melakukan pembayaran di Tolikara, Yahukimo, Yalimo, Pegunungan Bintang, Puncak, Mulia dan semua daerah pedalaman Papua lainnya.

Tulisan ini dibuat untuk rekan-rekan yang telah gugur dimedan tugas. Kalian telah mengakhiri perlombaan dengan kemenangan. Semoga pemerintah menyadari pentingnya pelayanan PT. Pos Indonesia untuk penyaluran dana dan tugas lainnya di pelosok-pelosok negeri ini. Kami mungkin belum menjadi yang terbaik dalam pelayanan pengiriman surat dan paket yang seharusnya menjadi tugas utama kami. Tapi dengan semua pengalaman ini, kami yakin bahwa waktunya akan segera tiba, Pos Indonesia akan menjadi protagonis di bisnis ini.

Suasana Duka Kantor Pos Jayapura

Pa Theo, Pa Ongen, Pa Yustinus, Teguh yang telah gugur dalam melaksanakan tugas mulia ini layak kami sebut menjadi pahlawan Pos Indonesia. Mereka mungkin bukan orang-orang yang sempurna, tapi saya percaya dengan hati yang tulus mereka telah melayani masyarakat memberikan semua kemampuan terbaik yang mereka punya untuk pekerjaan yang mulia ini.

Selamat Jalan Teman-Teman ...... GBU all

Kedatangan Jenazah Pa Theo

Kunjungan ibu Mentri ke Kantor Pos Jayapura
Kebaktian Pelepasan Jenazah Bro Teguh Warisman Sane ke Palu
Kedatangan Jenazah Pa Ongen


0 komentar:

Post a Comment